Feed RSS

Daily Archives: Mei 12, 2011

cerita di balik ulat bulu

Posted on

Beberapa bulan ini, masyarakat Indonesia dihebohkan oleh terjadinya wabah ulat bulu yang semakin meluas. Wabah ini dimulai di Probolinggo, Jawa Timur, kemudian menyebar ke kota-kota di sekitarnya, seperti Malang, Pasuruan, Lamongan, dan Bojonegoro. Tidak berhenti di situ, ulat bulu kemudian juga mulai bermunculan di Yogyakarta, Kendal, Semarang, dan Sukoharjo, bahakan sampai ke Bandung, Jakarta, bali dan terakhir di kalimantan.

Tersebarnya wabah ulat bulu ini kemudian menimbulkan pertanyaan, kenapa hal seperti ini bisa terjadi. Anggapan-anggapan yang berupa mitos kembali muncul. Di Kediri, Jawa Timur, misalnya, masyarakat meyakini bahwa ulat bulu tersebut merupakan jelmaan mahluk halus, karena pada siang hari ulat bulu banyak terlihat menempel pada dinding dan pohon, sedangkan pada malam hari tidak tampak satu pun. Ada juga kekhawatiran bahwa wabah ini merupakan suatu bentuk bioterorisme sampai tuduhan bahwa ulat bulu tersebut adalah spesies alien.

Sebenarnya, secara ilmiah, mengapa wabah ulat bulu ini terjadi? Menurut pendapat beberapa ahli, sebenarnya, memang ada saat-saat dimana populasi ulat bulu lebih banyak dari saat lainnya, misalnya pada musim hujan. Namun, karena faktor pemanasan global dan ketidakseimbangan ekosistem, bertambahnya populasi ini menjadi berlebihan hingga akhirnya menjadi wabah. Naiknya temperatur secara tidak biasa, mempercepat pertumbuhan ulat bulu sehingga populasinya juga berkembang dengan cepat. Cuaca panas juga membuat kupu-kupu bertelur hingga ratusan butir, pada saat hujan, telur-telur tadi menetas secara bersama-sama. Musim hujan yang juga lebih lama dari biasa, akibat pemanasan global ini, turut meningkatkan pertumbuhan tanaman yang menjadi makanan ulat bulu tersebut, sehingga jumlah ulat ikut bertambah banyak. Hujan yang berkepanjangan ini juga menimbulkan tingkat kelembapan tinggi yang menyebabkan sejumlah parasit yang menjadi predator alami ulat bulu tidak mampu bertahan hidup.

Selain itu, populasi predator alami ulat bulu lainnya, juga banyak berkurang karena ulah manusia sendiri. Perburuan liar yang semakin banyak dilakukan mengakibatkan berkurangnya populasi burung liar sampai sebanyak 80%. Lebah tabuhan, yang juga predator alami ulat bulu, banyak berkurang karena tingginya penggunaan pestisida antihama dalam pertanian. Predator alami lainnya, semut rangrang, banyak diambil, termasuk telurnya, sebagai pakan burung.

Tuhan menciptakan segala sesuatu sesuai porsi dan fungsinya masing-masing. Seluruh alam semesta tercipta dan bergerak dengan izin Tuhan bekerja berdasarkan hukum alam yang telah diciptakan olehNya. Seluruh bagian alam saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Apabila ada satu bagian yang terganggu, hal ini akan mempengaruhi bagian lainnya, dan pada akhirnya dapat menimbulkan kekacauan.

Ketidakseimbangan alam yang banyak terjadi saat ini pun, termasuk wabah ulat bulu, diakibatkan oleh terganggunya bagian-bagian alam oleh perbuatan manusia yang melampaui batas. Pencemaran lingkungan, perusakan alam, pemborosan energi, penangkapan hewan dan penebangan pohon tanpa memperdulikan kelestariaannya, semua dilakukan manusia untuk memenuhi hawa nafsunya saja. Kita lupa, bahwa keserakahan dan ketidakpedulian kita ini akan membawa kehancuran pada diri kita sendiri, sesuai dengan hukum alam yang berlaku. Kita tidak mampu melawan atau mengelak dari hukum alam itu. Kita hanya bisa menyesuaikan diri dengannya, bergerak sejalan dan berdasarkan prinsip-prinsip yang berlaku di dalamnya.

Wabah ulat bulu ini kembali mengingatkan kita akan kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan, khususnya yang berkaitan dengan menjaga keseimbangan alam. Kita diingatkan untuk belajar dari kesalahan itu serta mulai bertanggung jawab atas tindakan kita. Kita diingatkan untuk lebih memahami alam dan memeliharanya dengan lebih baik, juga untuk lebih peduli pada apa yang kita lakukan dan akibat yang dapat ditimbulkannya. (alif)